Kenangan, seberapa lama pun sudah terlewat, pada satu waktu akan kembali mengisi pikiran. - @shevtiRiveraBerhenti di salah satu jalan yang saya lewati. Duduk di salah satu bangku taman, memperhatikan mereka yang lalu – lalang di depan saya.
Saya menikmati memperhatikan orang lain.
Ada satu keluarga kecil.
Seorang ayah, ibu, anak lelakinya berumur sekitar 3 tahun.
Bermain dan tertawa bersama.
Si kecil dengan masih sempoyongan, berlari mengejar bola, bermain dengan ayahnya. Ibunya hanya terduduk di salah satu sudut, tertawa memperhatikan tingkah jagoannya.
Sekelompok anak lelaki,
bermain skateboard.
Tertawa dan saling mengejek.
Berteriak dan bertepuk tangan.
Menikmati sore cerah mereka.
Sepasang kekasih.
Yang wanita berbicara, ceria.
Yang lelaki mendengarkan dengan seksama.
Tanpa bosan.
Romantis sore-kah ini?
Tapi yang menarik perhatian saya lama adalah dua orang gadis di salah satu bangku di pojok mata saya,
masih remaja.
Mengobrol dan tertawa kencang.
Saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
Tapi tingkah mereka membuat saya tersenyum,
dan membuat pikiran saya kembali ke hari yang sudah lewat.
Saya kembali ke hari – hari itu,
ketika saya masih ada dia,
salah satu teman baik saya.
Terkadang kami bercerita tanpa henti,
membagi pikiran dan informasi yang kami tahu.
Terkadang kami berjalan berkeliling,
mencari makanan sampai ke ujung kota.
Terkadang kami hanya duduk minum kopi,
saling terdiam dan menikmati kegiatan masing – masing.
Terkadang kami hanya saling memandang, mengerti kalau masing – masing sedang memperhatikan orang yang sama,
menambah dosa masing – masing dengan tertawa lucu melihat tingkah mereka.
Semuanya menyenangkan.
Dan terkadang saya masih kangen dengan rasa itu.
Tapi apa yang ada di antara kami sekarang hanyalah sebaris kenangan yang sudah semakin memudar.
Saya dan dia.
Masing – masing punya nomor kontak,
ID nama ada di jejaring sosial.
Tapi tidak pernah saling menyapa,
meski teman – teman kami memanggil kami dalam satu baris kalimat.
Menyedihkan-kah?
Saya tidak tahu jika dia tahu atau tidak. Dan saya berusaha tidak mau peduli.
Saya dan dia, di antara jarak dan waktu yang sudah menjauhkan semakin dalam.
Saya tidak menyesal melepaskan semua yang ada.
Kepercayaan saya.
Ketergantungan saya.
Kepedulian saya.
Semuanya sudah hilang.
Bersamaan dengan kenangan satu tahun lalu yang sudah saya ikhlaskan pergi bersama dengan hati saya.
Saya dan dia, adakah kata ‘mantan’ untuk teman baik?
0 Bacotan:
Posting Komentar
hey , no SARA oke :)