Senin, 18 Juni 2012

Happy fathers day, bapak :)


Entah mengapa, saya tidak pernah bisa bersahabat dengan Bapak.
Selalu ingat masa kecil, ketika itu semua murid di kelas disuruh membuat puisi tentang ayah, 
lalu saya buat puisi pertama dalam hidup – Tentang Ayah.
Puisi itu paling besar nilainya diseluruh kelas 3 SD dan ibu guru menyuruh saya membacakannya di depan kelas.

Sepulang sekolah, Bapak sedang asyik baca Koran di ruang tamu,
dengan tersipu saya memamerkan karya itu,
dibacanya puisi “Tentang Ayah”,
matanya nanar dan Bapak lama terdiam,
lalu berkata, “Buat siapa ini? Siapa ayah?”
Puisi itu seakan kosong,
karena saya menyebut kata “ayah” disana bukan “bapak” sebagaimana biasanya.
Mungkin beliau iseng, mungkin pula tersinggung.

Dimulailah jarak antara anak dan bapak.
Apa yang dimata saya benar, belum tentu benar versi bapak.

Tapi,
sebagai seorang anak,
saya patut untuk berbakti kepada bapak,
walaupun memang terkadang didikan bapak kita terkadang tidak sesuai dengan yang saya inginkan.
Semua itu untuk kebaikan kita juga sebagai anaknya.

Seorang bapak, selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Seorang bapak tidak akan pernah berkata tidak jika ia tau itu untuk kebaikan anaknya.
Seorang bapak bahkan rela berjemur,
bergelut dengan lumpur,
bekerja saat hujan,
bekerja saat orang lain sudah tertidur beristirahat,
untuk kebaikan anaknya.

Saya mulai banyak menulis,
tentang apapun,
tentang keinginan-keinginan masa kecil yang sulit tercapai,
tentang uang saku yang cukup untuk jajan puas bila dikumpul tiga hari 
tentang ayah yang selalu sibuk kerja,
tentang pembantuku yang sering memukulku dulu,
tapi sampai detik ini Bapak tidak pernah tahu.
Jangan sampai tahu.

Saya sangat cinta Bapak makanya saya sering duduk diam di sebelahnya,
menunggu diajak ngobrol.
Inginnya saya curhat banyak,
tapi belum selesai saya mengutarakan pendapat,
Bapak selalu menyanggah dengan arogan mengaitkannya dengan kehidupan pada masanya.
Dan tidak dapat dipungkiri, obrolan diisi dengan rally-rally panjang perdebatan dua era yang berbeda.

Saya tetap cinta Bapak,
walau Bapak pernah memangkas habis poni saya agar saya malu mengikuti rapat Karang Taruna RT, rapat temu ganjen remaja, kata Bapak.
Saya tidak setuju, lalu dimulailah perang mulut, saya merasa benar, apalagi Bapak.
Setelah menggunting poni, ucapan-ucapan saya membuat bapak berang hingga main tangan,
Bahu saya dipukul bapak sampai biru.

Bapak minta maaf,
Bapak bilang,
“Bapak sayang sama Kamu, Bapak gamau salah mengajarkan, Bapak harus keras karena kamu anak pertama dan satu-satunya perempuan.
Maafin Bapak ya.”

Bagaimana pun juga, sekasar apapun Bapak kita, jangan pernah memendam dendam. Tiap ayah, papa, papih atau bapak, punya banyak cara untuk bilang cinta.
Tetap cintai orangtuamu dan berikan perhatian kecil selagi masih diberi kesempatan untuk membahagiakan mereka
saya pengen bilang.
saya rindu masa-masa, dimana saya dan bapak berdebat sepanjang malam. 
hanya untuk mempertahankan ego kami masing-masing.
saya rindu akan  tatapan marah bapak, disaat saya melakukan sesuatu yang tidak pantas “dimata nya”
saya rindu, semua nya tentang Bapak.
Saya harap, belum telat untuk ngucapin “selamat hari ayah”
SAYA,SAYANG BAPAK!


0 Bacotan:

Posting Komentar

hey , no SARA oke :)