yang biasa minum alkohol, semudah minum air putih.
Teman yang satu itu,
mengajarkan saya banyak hal.
Bagaimana kepala katak, dan kepala ular,
mirip jika mereka sembunyi didalam air kubangan sawah.
Bagaimana cara menangkap kodok, secara efektif dengan sekali libas.
Dia mengajarkan saya melakukan apa yang saya minta.
Memberi saya pensil berbagai macam,
tapi tidak memberi saya penghapus.
Tidak boleh dibiasakan,
demikian katanya.
Apa yang sudah digambar, ditulis,
ya lanjutkan saja.
Semakin beranjak besar,
saya belajar bahwa ketinggian itu mudah ditaklukkan.
Jurusan yang saya ambil, juga mengajarkan demikian.
Takut jatuh, kenapa harus takut, jatuh ya paling ke bawah,
demikian kata dosen senior disana.
Dua kali saya jatuh dari tempat yang lumayan tinggi,
yang satu patah tangan, dan yang lain hanya lecet-lecet.
Belum sampai mati.
Pengalaman hidup saya belum banyak,
belum cukup untuk memberi banyak petuah petuah bijak,
disini, maupun di komunitas sosial yang sekarang saya hidupi.
Satu yang saya tahu,
bagaimanapun penasarannya saya akan akhir dari saya kelak,
saya tidak bisa menerkanya sekarang.
Hidup punya caranya sendiri,
untuk membiarkan saya penasaran.
Hari ini,
saya bersyukur karena saya pernah di bawah sekali,
dan tidak lupa rasanya susah makan.
Hari ini saya bersyukur,
karena orangtua saya ada ketika masa masa berat saya datang,
dan sekali lagi datang.
Dan,
untuk sekali saja,
bolehkah saya minta kita buka buku tentang 356 hari yang lalu?
Ketika saya tahu rasanya bahagia.
0 Bacotan:
Posting Komentar
hey , no SARA oke :)