Pemikiran saya tentang mimpi, cita, dan cinta.
Mimpi
Sebenarnya, saya belum punya mimpi yang benar-benar saya usahakan untuk mewujudkannya. Bukan, bukan menonton konser idola. Bukan pergi keluar negeri. Bukan mimpi seperti itu… Tapi mimpi. Mimpi yang saya rela melakukan apa saja untuk mewujudkannya, mimpi yang saya percayai dari pertama kali saya memimpikannya, mimpi yang sungguh-sungguh saya impikan. Nah saya belum punya… secara pasti. Sekarang mimpinya masih banyak tapi masih belum tau mana yang diprioritaskan dan cara mewujudkannya.Tidak seperti Kugy dan Keenan yang tau apa yang mereka mau dan rela megorbankan semuanya buat mimpi itu. But someday i will and make a change for the world. Amin to that.
Cita
Semasa SD, kalau ada yang bertanya mau jadi apa saya nanti pasti saya akan menjawab menjadi guru. Seingat saya, saya tidak pernah mempunyai cita-cita menjadi dokter atau polisi atau tentara atau cita-cita klise yang diucapkan anak-anak seumuran SD. Paling-paling ingin menjadi astronot yang terbang ke bulan atau mars. Kenapa guru? Well, karena dulu kepala sekolah di SD saya pernah berkata…
Presiden, menteri-menteri, para penemu, para orang sukses, siapa yang menjadikan mereka seperti itu selain guru?siapa yang mengajarkan mereka baca tulis dan menghitung selain guru?
Those sentences just amazed me. Seperti ada mantra dalam setiap kata tersebut yang menggerakan hati saya untuk menjadi guru. Tapi, seiring berjalannya waktu orang-orang mulai skeptis dengan apa arti guru sebenarnya. Saya juga mulai menerima realita bahwa menjadi guru tidak semudah dan semenyenangkan yang saya bayangkan. Serius, semakin kamu dewasa semakin realitas juga pikiran kita. Saat SMP saya sangat ingin masuk jurusan sastra, tapi saat saya masuk SMA saya mulai berpikir; kenapa gak cari jurusan yang lebih mudah wilayah kerjanya?
Bingung deh sama cita-cita yang sebenarnya. I just want to do what i love to do. But i want to make money too from what i do. Jadi, syaraf-syaraf di otak saya masih dibereskan dan disambung satu-persatu biar bisa sinkron dan tau apa yang diinginkan.
Cinta
Dari yang saya baca di Perahu Kertas, saya jadi tau kalau hati itu tidak memilih, tapi dipilih. Percuma kalau kita mencoba mencintai seseorang yang tidak dipilih oleh hati. Dan kalau memang hati sudah sama-sama dipilih, hati itu akan menemukan tempat berlabuhnya meski setelah berlayar kesana kemari mencari demaga untuk menautkan jangkar. Kita tidak akan pernah tau bukan?
… Bersama kamu aku tidak takut lagi menjadi pemimpi
Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada,segala sesuatunya benar.
Dan bumi hanyalah lapisan debu di bawah kaki kita.
Salam dari Kerajaan Neptunus
P.S thanks buat Dee for made such a good book :)
0 Bacotan:
Posting Komentar
hey , no SARA oke :)