Perpisahan adalah
awal dari sebuah perjalanan yang baru.
Mungkin kita akan melalui jalan yang
lain setelahnya,
bertemu dengan orang-orang yang awalnya asing,
lalu menjadi
sedekat air hujan dengan tanah.
Ada kalanya dalam perjalanan itu tanpa sengaja kita menoleh lagi ke belakang,
Ada kalanya dalam perjalanan itu tanpa sengaja kita menoleh lagi ke belakang,
karena ada beberapa kerikil yang tersepak entah
kaki siapa hingga ada di depan kita,
atau karena ada beberapa helai daun yang
terbang mengikuti angin sering perjalanan kita.
Itu tak mengapa.
Itu tak mengapa.
Atau kadang kita terluka selama perjalanan itu.
Ada darah yang harus tertetes, airmata yang harus mengalir, keringat yang harus
mengucur.
Semuanya membuat kita menjadi lebih kuat, dan tak akan membuat kita
mati.
Lalu mengapa harus gentar?
Dan setiap perjalanan pasti menuju ke suatu tempat yang kita sebut dengan “rumah”.
Dan setiap perjalanan pasti menuju ke suatu tempat yang kita sebut dengan “rumah”.
Anggap saja
perpisahan-perpisahan
yang pernah kita alami adalah jembatan-jembatan yang membawa kita lebih dekat
menuju rumah.
Karena tanpa perjalanan, tak mungkin kita akan tiba di suatu tempat.
Karena tanpa perjalanan, tak mungkin kita akan tiba di suatu tempat.
Berdiam diri tak akan pernah membawa kaki kita ke depan
pintu mana pun.
Teruslah berjalan, wahai pejuang dan petualang, juga orang-orang yang belum tiba di rumah.
Teruslah berjalan, wahai pejuang dan petualang, juga orang-orang yang belum tiba di rumah.
Ada rumah untuk setiap kita.
Ada pintu yang menanti kita untuk mengetuk.
Ada raga yang menanti kita untuk memeluk.
Perpisahan adalah perayaan syukur, bukan pesta kematian.
Ada pintu yang menanti kita untuk mengetuk.
Ada raga yang menanti kita untuk memeluk.
Perpisahan adalah perayaan syukur, bukan pesta kematian.
0 Bacotan:
Posting Komentar
hey , no SARA oke :)